RAKYAT.NEWS, KENDARI – PT PLN (Persero) berkomitmen mempercepat transisi energi Indonesia dengan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Dua potensi besar EBT yang saat ini tengah digarap PLN adalah pembangkit listrik berbasis panas bumi (geothermal), angin (bayu) dan air (hydro) untuk menggantikan pembangkit berbasis batu bara khususnya di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar).

Pemerintah telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Hal tersebut telah terimplementasi dalam program transformasi PLN dimana Green menjadi semangat untuk menghadirkan energi ramah lingkungan.

Dalam acara National Energy Conference 2023 di Kendari, Kamis, 14 September, General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulselrabar, Moch. Andy Adchaminoerdin memaparkan strategi PLN dalam percepatan transisi energi.

“Dalam hal ini sumber daya EBT Indonesia yang melimpah perlu segera dimaksimalkan pemanfaatannya untuk pengadaan energi bersih. PLN telah bertransformasi untuk tidak bussines as usual agar dapat membantu menekan emisi gas karbon sehingga tercapai target NZE tahun 2060,” ujar Andy.

Andy menambahkan, selain melalui program transformasi yang sudah dicanangkan, PLN juga menginisiasi delapan program untuk percepatan transisi energi diantaranya, early retirement Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), implementasi cofiring dan pengembangan biomasa, cofiring hidrogen dan amoniak, penerapan teknologi CCUS (Carbon Capture Utilized and Storage), membangun lebih banyak pembangkit EBT, roll out smart grid, layanan sertifikasi Renewable Energy Certificate (_REC), pengembangan ekosistem Kendaraan Listrik.

Andy mencatat, per Agustus 2023 bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sistem Kelistrikan Sulawesi bagian Selatan (Sulbagsel) sebesar 45,78% di atas dari rata-rata target nasional di tahun 2025 yaitu 23%.