RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebut 79 persen masyarakat global terpapar teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

“Saking ramainya AI ini menjadi topik perbincangan di masyarakat. Kalau kita lihat di data, ada 79 persen masyarakat telah berinteraksi dengan teknologi generatif AI dalam praktek sehari-hari,” kata Wakil Menteri Kominfo, Nezar Patria saat membuka Forum Group Discussion (FGD) Kebijakan Teknologi Kecerdasan Artifisial di Jakarta, Senin (27/11), dikutip dari CNNIndonesia.com.

Menurut Nezar, popularitas teknologi ini salah satunya dipicu oleh ChatGPT dari OpenAI.

“Ini juga dipicu oleh OpenAI, saya kira, yang membuka platformnya kepada publik sudah hampir lebih dari 1 tahun dengan ChatGPT. ChatGPT sangat populer, saya kira popularitasnya hampir mirip dengan search engine, dipakai oleh berbagai macam kalangan,” katanya.

Nezar juga menyebut 35 persen perusahaan global sudah memanfaatkan teknologi AI.

Menurut data Statista, pasar AI secara global bernilai US$142,3 miliar pada 2022. Angka tersebut bahkan diproyeksikan meningkat pesat dan mencapai US$241,8 miliar pada 2023.

Di Asia Tenggara sendiri, berdasarkan data EDBI dan Kearney, AI diproyeksikan akan menyumbang pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar US$1 triliun pada 2030.

Dalam data yang sama, teknologi tersebut akan menyumbang US$366 miliar atau Rp5.820 triliun pada PDB Indonesia.

Meski memiliki manfaat besar seperti kontribusi PDB tersebut, teknologi generatif AI juga memiliki sejumlah risiko yang membayangi.

Nezar menjelaskan beberapa risiko yang mungkin terjadi dalam pemanfaatan AI adalah bias dan misinformasi, privasi dan kerahasiaan, hingga etika pemanfaatan.

Sejumlah negara sendiri sudah mulai bergerak untuk mengawal teknologi ini untuk meminimalisasi risiko yang mungkin timbul.

Baru-baru ini, 28 negara, termasuk Indonesia, hadir dalam UK AI Summit 2023 yang diselenggarakan di Bletchley Park, Inggris. Pertemuan antarnegara ini menghasilkan Bletchley Declaration yang di antaranya memuat komitmen kolaborasi multilateral untuk pengembangan AI yang secure dan safe.