NTT – PT PLN (Persero) mengajak para delegasi pertemuan Sherpa Meeting G20 ke-2 mengunjungi Pulau Messah, Nusa Tenggara Timur (NTT) di mana terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai sumber penghasil energi listrik di pulau tersebut.

Baca Juga : Idul Adha 1443 H, PLN UIW Sulselrabar Sembelih 85 Ekor Hewan Kurban

Kehadiran pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) di pulau terpencil ini menjadi wujud komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon.

 

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan PLTS dengan kapasitas 530 kWp hadir melistriki 2.000 warga Pulau Messah sejak tahun 2019. Ini merupakan bukti kehadiran negara dan PLN dalam memberikan akses energi yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.

 

“Ini merupakan listrik pertama bagi masyarakat Messah setelah puluhan tahun mereka menetap tidak pernah merasakan listrik. PLN hadir memberikan akses listrik yang andal dan bersih,” ujar Darmawan.

 

Darmawan juga menjelaskan sebelum ada listrik masyarakat bertahan hidup hanya dengan penerangan lampu teplok. Dahulu, memang kata Darmawan sempat ada pihak warga yang membeli genset dan kemudian digunakan secara komunal.

 

Meski demikian, masyarakat harus membayar Rp 14.000 untuk dapatkan akses listrik.

 

“Namun, setiap malam setiap masyarakat harus membayar Rp 14.000 hanya agar mendapatkan akses listrik,” ujar Darmawan.

 

Dengan adanya PLTS Messah ini, masyarakat kini bisa menikmati listrik 24 jam. Selain itu, masyarakat juga tidak perlu lagi merogoh kocek dalam untuk akses listrik. Karena, PLN memberlakukan tarif yang sama untuk semua pelanggan.

 

“Saat ini bisa dibilang, masyarakat hanya membutuhkan Rp 20.000 – Rp 50.000 per bulan untuk mengisi token listrik mereka,” jelasnya.