Dengan hadirnya listrik di Pulau Messah ini masyarakat jadi bisa meningkatkan aktivitas, terutama aktivitas ekonomi mereka. Mayoritas penduduk mata pencahariannya adalah nelayan. Setelah ada listrik, perekonomian Pulau Messah tumbuh dengan diversifikasi usaha lain seperti UMKM rumahan, toko klontong bahkan toko pulsa.

 

“Anak anak sekolah juga mampu menikmati terang lampu dan bisa belajar dengan baik,” ungkapnya.

 

Darmawan menambahkan, dalam proses pembangunan PLTS Messah, PLN tetap mengapresiasi kearifan lokal. Di tengah hamparan PLTS hingga kini, terdapat sebuah pohon yang dipercaya oleh masyarakat setempat menjaga warga sejak nenek moyang terdahulu sehingga tidak boleh dipotong. Hal ini merupakan bentuk upaya PLN dalam menjaga adat dan budaya yang berlaku di pulau tersebut.

 

Haji Basgun (51) salah satu warga Pulau Messah mengaku sangat bahagia dengan hadirnya listrik di Pulau Messah. Basgun menjelaskan dengan adanya akses listrik masyarakat mampu meningkatkan aktifitas ekonominya.

 

“Kami juga sudah membeli beberapa peralatan listrik untuk mendukung aktivitas rumah tangga. Para nelayan bisa membeli freezer untuk mengawetkan hasil laut dan lainnya juga memproduksi minuman dingin sehingga kehidupan warga juga lebih baik,” ujar Basgun.

 

Basgun juga menjelaskan Sejak kehadiran PLTS, warga hanya membeli token Rp 20.000,- dan dengan uang sejumlah tersebut warga sudah menikmati penerangan melewati jam 22.00.

 

Showcase ke Pulau Messah turut memeriahkan penyelenggaraan rangkaian acara pertemuan G20 sebagai wujud transisi energi di mana listrik ramah lingkungan telah hadir di daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) dalam menopang kehidupan masyarakat terpencil.

 

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, PLN terus berjuang melistriki daerah 3T. Kondisi geografis kepulauan menjadi peluang untuk PLN bisa terus berinovasi meningkatkan bauran energi baru terbarukan.